Header Ads

JEREMY MENCHIK DAN KYAI SHOLEH BAHRUDDIN

FOTO: (Dari Kanan) Jeremy Menchik Assistant Professor Boston University, Buku Islam and Democracy in Indonesia: Tolerance Without Liberalism dan Kyai Sholeh Bahruddin

Tidak banyak yang mengetahui, jika dalam proses menulis buku Islam and Democracy in Indonesia: Tolerance Without Liberalism, selama kurun dua puluh empat bulan dia mengumpulkan banyak data dari berbagai wilayah Indonesia. Dengan melalui empat metode, dia menelusuri ribuan arsip, observasi langsung terhadap sidang uji materi UU PNPS di Mahkamah Konstitusi pada 2010, hingga survey terhadap 1000 tokoh NU, Muhammadiyah dan Persis tingkat Cabang, untuk mengadakan wawancara mendalam.
Salah satu ulama’ yang dikunjungi dan dijadikan refrensinya adalah Kyai Sholeh Bahruddin, pengasuh Pondok Pesantren Ngalah, Purwosari Pasuruan. Dalam satu sesi wawancaranya, Menchik meminta tanggapan Kyai Sholeh tentang makna perbedaan yang harus disikapi dengan toleransi.
Dan dengan penuturan khasnya, Kyai Sholeh mengibaratkan perbedaan melalui perumpamaan diantara suami dan istri. “You cannot mix wife and husband. So too you cannot mix religions!”, ungkap Kyai Sholeh, saat menjawab pertanyaan Menchik, di penghujung Juli 2010 silam. (lihat halaman 156-157 dalam buku Islam and Democracy in Indonesia: Tolerance Without Liberalism)
***
Buku yang terdiri dari tujuh bab tersebut menggali bagaimana pemuka Muslim memahami toleransi, bagaimana implikasinya terhadap demokrasi, dan membandingkannya dengan demokrasi lain.
“Konsep toleransi adalah sesuatu yang historis dan diproduksi oleh struktur dan agen yang selama hampir seratus tahun diwujudkan oleh ormas agama. Indonesia mengenal bentuk communal tolerance atau toleransi masyarakat yang jamak berlaku di negara berketuhanan seperti Indonesia. Contohnya adalah Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai ormas yang membantu mewujudkan toleransi di Indonesia,” kata Menchik.
Menurut dia, toleransi masyarakat diwujudkan oleh ormas agama yang mendukung demokrasi. “Misalnya, NU menjunjung keadilan, keseimbangan, moderasi, melakukan yang baik, dan menjauhi yang jahat,” ujarnya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.